Kota Banjarmasin terletak diantara 3o 15’ – 3o 22’ Lintang Selatan dan 114o32’ – 114o 38’ Bujur Timur. Kota Banjarmasin terletak di bagian Selatan Propinsi Kalimantan Selatan pada ketinggian tempat rata-rata 0,16 meter dibawah permukaan laut dan kondisi wilayah relatif datar.
Kota Banjarmasin dengan wilayah seluas ± 72 Km2 atau 0,22% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala.
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Banjar.
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Banjar.
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala.
Kota Banjarmasin dengan kelerengan 0,13% dialiri sungai Martapura yang bermuara ke Sungai Barito, pasang surutnya kedua sungai tersebut berpengaruh terhadap drainase kota. Disisi lain, kedua sungai tersebut berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, khususnya dalam pemanfaatannya sebagai prasarana transportasi air, pariwisata, perikanan dan perdagangan. Kondisi yang demikian mencirikan kekhasan Banjarmasin sebagai kota air, disamping letaknya yang strategis sehingga menjadikan Kota Banjarmasin sebagai kota Pelabuhan, Kota Perdagangan, Kota Pariwisata dan Ibu Kota Propinsi Kalimantan Selatan.
sumber : http://pu.banjarmasin.go.id
Sekilas Banjarmasin
Banjarmasin yang berdimensi lima diarahkan pembangunannya sebagai Kota Pemerintahan, Perdagangan, Pelabuhan, Industri dan Pariwisata. Dalam semua upaya tadi, Sungai Barito menduduki tempat yang utama. Kehidupan di kota Banjarmasin memang tidak terpisahkan dari Sungai Barito beserta anak-anak sungainya. Terletak dipertemuan antara Sungai Barito dan Sungai Martapura, kota ini strategis sekali untuk perdagangan.
Sungai Barito yang luas dan dalam, Sungai Martapura yang dapat dilayari kapal-kapal besar, memuat kapal-kapal Samudera dapat merapat hingga kota Banjarmasin, yang terletak 22 km dari laut Jawa.
Pada zaman Belanda, Banjarmasin menjadi pelabuhan masuk dan keluar bagi seluruh daerah aliran Sungai Barito dan merupakan pelabuhan transito untuk kapal-kapal yang datang dari Singapura dan Jawa, ke pantai timur Kalimantan.
Dari Kalimantan, dikirim keluar barang-barang hasil hutan seperti rotan, damar, kapur baruskaret, jelutung, tikar purun, telur itik, buah-buahan, barang anyaman rotan, batu-batuan dan berlian. Barang yang masuk terdiri dari beras, ikan asin, barang, barang pecah belah, minyak tanah, garam, besi dsb.
Industri orang Eropa pada waktu itu terdiri dari pabrik es, galangan kapal yang kecil milik Borneo Industri Mij dan perdagangan yang dikelola oleh Borneo Soematra Handel Mij, Heinneman & Co, dan Kantor Cabang dari Javasche Bank en Factorij.
Pada masa itu, banjarmasin mempunyai pelayaran yang teratur dan langsung dengan Sampit, Kotabaru, Samarinda, Martapura, Marabahan, negara, Amuntai, Buntok, Muara Teweh dan Kuala Kapuas dan diluar Kalimantan dengan Surabaya dan Singapura.
Sampai kinipun kehidupan sungai tetap dominan di Banjarmasin. Sebagai salah satu indikasinya, di depan Kantor Walikota dibangun sandaran perahu untuk tamu-tamu dan para tamu dan pejabat pemerintah yang hendak menyusuri sungai. Sekitar 200 m dari tempat tersebut terdapat terminal perahu antar kota di Kalimantan Selatan, bahkan sampai ke Kalimantan Tengah.
Banjarmasih
Nama Banjarmasin berasal dari istilah Banjarmasih. Disebut demikian karena Patihnya disebut Patih Masih, atau Patih Oloh Masih. Oloh Masih dalam bahasa Ngaju berarti orang Melayu. Banjarmasih berasal dari Desa Oloh Masi atau Kampung Melayu.
Nama Banjarmasih inilah kemudian disebut orang Belanda Banjarmasih. Sampai dengan tahun 1664 surat-surat Belanda ke Indonesia untuk kerajaan Banjarmasin masih menyebut Kerajaan Banjarmasin dalam ucapkan Belanda “Bandzermash “, karena sulit mengucapkannya.